KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada WUS, PUS dan Menopause”
dapat diselesaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Dalam menyusun makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
- Ibu Hj. Masruroh,S.Si.T,.M. Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Uniska Kendal.
- Ibu Sigit Ambar W, SKM.,M.Kes selaku Dosen pengampu mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat.
- Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan material maupun spiritual.
- Teman-teman Semester IV A.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca yang budiman.
Kendal,
April 2010
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Masa reproduksi merupakan masa terpenting
bagi wanita dan berlangsung kira-kira 33 tahun. Haid pada masa ini paling
teratur dan siklus pada alat genital bermakna untuk memungkinkan kehamilan. Pada masa ini terjadi
ovulasi kurang lebih 450 kali, dan selama ini wanita berdarah selama 1800 hari.
Biarpun pada usia 40 tahun ke atas wanita masih mampu hamil, tetapi fertilitas
menurun cepat sesudah usia tersebut..
Dalam
makalah ini dibahas mengenai masalah dan kebutuhan yang diperlukan WUS (Wanita
Usia Subur) dan PUS (Pasangan Usia Subur). Yang merupakan masalah dari WUS
yaitu mengenai keadaan organ kelamin, untuk kesehatan mengenai alat kelamin dan
penyakit yang sering mengganggu akibat infeksi. Selain itu, WUS juga harus
diberi penyuluhan mengenai penyakit menular seksual (PMS) agar WUS tidak melakukan
tindakan atau perbuatan berganti-ganti pasangan dalam usianya yang subur.
PUS juga memerlukan penyuluhan/promosi kesehatan dalam kehidupannya. Dalam hal ini petugas kesehatan harus mempromosikan KB (Keluarga Berencana) bagi pasangan ini. Tujuannya untuk membatasi kelahiran anak karena mereka subur, tidak memiliki kelainan sehingga mudah memperoleh anak/keturunan. Disini akan dibahas mengenai alat kontrasepsi, tapi salah satunya vasektomi dan tubektomi. Memang banyak alat kontrasepsi lainnya, namun vasektomi dan tubektomi merupakan kontap (kontrasepsi mantap) jika sudah matang dalam memilih pilihannya. Dengan penyuluhan KB diharapkan angka kelahiran dan di Indonesia
PUS juga memerlukan penyuluhan/promosi kesehatan dalam kehidupannya. Dalam hal ini petugas kesehatan harus mempromosikan KB (Keluarga Berencana) bagi pasangan ini. Tujuannya untuk membatasi kelahiran anak karena mereka subur, tidak memiliki kelainan sehingga mudah memperoleh anak/keturunan. Disini akan dibahas mengenai alat kontrasepsi, tapi salah satunya vasektomi dan tubektomi. Memang banyak alat kontrasepsi lainnya, namun vasektomi dan tubektomi merupakan kontap (kontrasepsi mantap) jika sudah matang dalam memilih pilihannya. Dengan penyuluhan KB diharapkan angka kelahiran dan di Indonesia
Menurun dan tingkat kesejahteraan hidup meningkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
siklus kesehatan wanita :
1.
Genetik
Merupakan modal utama atau
dasar faktor bawaan yang normal, contoh : jenis kelamin, suku, bangsa.
2.
Lingkungan
Komponen biologis, misalnya
: organ tubuh, gizi, perawatan kebersihan lingkungan, pendidikan, sosial
budaya, tradisi, agama, adat, ekonomi, politik.
3.
Perilaku
Keadaan perilaku akan
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Perilaku yang tertanam pada masa anak akan
terbawa dalam kehidupan selanjutnya.
Faktor
yang mempengaruhi siklus kehidupan wanita pada masa dewasa :
a.
Perkembangan
organ reproduksi
b.
Tanggapan
seksual
c.
Kedewasaan
psikologis.
Faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan
wanita usia lanjut :
a.
Faktor
hormonal
b.
Kejiwaan
c.
Lingkungan
d.
Pola
makan
e.
Aktifitas
fisik (olah raga).
Dengan demikian perlu
diberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang sesuai dengan siklus perkembangan
reproduksi wanita.
B. Maksud
Disamping guna memenuhi
tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat, penyusunan makalah ini juga
dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang Pelayanan Kesehatan Reproduksi
pada WUS, PUS dan Menopause.
- Tujuan
Memberikan informasi tentang pelayanan
kesehatan reproduksi pada WUS
Memberikan informasi tentang pelayanan kesehatan
reproduksi pada PUS
Memberikan informasi tentang pelayanan
kesehatan reproduksi pada Menopause.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
- Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada WUS
1.
Pengertian
WUS (Wanita Usia Subur)
adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara
umur 20-45 tahun. Pada wanita usia subur ini berlangsung lebih cepat dari pada
pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita
memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an presentasenya menurun
hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan hamil berkurang hingga
menjadi 40%. Setelah usia 40 wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk
hamil. Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang sangat penting
untuk diketahui. Dimana dalam masa wanita subur ini harus menjaga dan merawat
personal hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat kelaminya dengan rajin
membersihkannya. Oleh karena itu WUS dianjurkan untuk merawat diri. Untuk
mengetahui tanda-tanda wanita subur antara lain dengan melihat siklus haidnya.
2.
Siklus
Haid
Wanita yang mempunyai
siklus haid teratur setiap bulan biasanya subur. Satu putaran haid dimulai dari
hari pertama keluar haid hingga sehari sebelum haid datang kembali, yang
biasanya berlangsung selama 28-30 hari. Oleh karena itu siklus haid dapat
dijadikan indikasi pertama untuk menandai seorang wanita subur atau tidak.
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu estrogen dan
progesteron. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh
perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti,
perubahan suhu basal tubuh, perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks),
perubahan pada serviks, panjangnya siklus menstruasi (metode kalender) dan
indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan perubahan payudara.
3.
Pembekalan
pengetahuan untuk menjaga kesehatan reproduksi wanita
a.
Personal
Hygiene, misalnya :
Ø Mandi
2x sehari
Ø Ganti
pakaian dalam setiap hari
Ø Hindari
keadaan lembab di vagina
Ø Mamakai
pembalut yang tidak mengandung zat berbahaya (berbahaya ditandai dengan mudah
rusaknya pembalut jika terkena air)
Ø Ganti
pembalut maksimal tiap 6 jam atau bila sudah penuh oleh darah haid
Ø Cebok
dari arah depan ke belakang
Ø Hindari
penggunaan sabun/cairan pembersih vagina.
b.
Gizi
Ø Hindari
5 P (Pewarna, pengawet, penyedap, pengenyal,
Ø Konsumsi
buah dan sayuran.
c.
Perilaku
seks
Ø Hindari
perilaku seks bebas diluar nikah.
- Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada PUS
.
Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi dan Upaya
Penanggulangannya
a.
Definisi
dan pengertian dasar
Fertilitas
adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan
melahirkan bayi hidup dari suami yang mampu menghamilinya.
Pasangan
Infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi
biologis yang tidak mampu menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup.
Infertilitas
Primer adalah jika istri belum berhasil hamil
walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan pada kemuungkinan kehamilan selama
12 bulan berturut-turut.
Infertilitas
Sekunder adalah jika istri pernah hamil akan tetapi
tidak berhasil hamil lagi walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan pada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
Etiologi
dan Epidemiologi Infertilitas
Persyaratan kehamilan :
Ø Hubungan
seksual yang normal
Ø Analisis
sperma yang normal
Ø Ovulasi
yang normal
Ø Uterus
dan endometrium yang normal
Ø Tuba
fallopi yang normal.
Etiologi
Infertilitas dapat disebabkan oleh :
Ø Gangguan
pada hubungan seksual
Ø Jumlah
sperma dan transportasinya yang abnormal
Ø Gangguan
ovulasi dan hormonal yang lain, termasuk gangguan pada tingkat reseptor hormon
reproduksi.
Ø Kelainan
tempat implantasi (endometrium) dan uterus
Ø Kelainan
jalur transportasi (tuba fallopi)
Ø Gangguan
peritoneum
Ø Gangguan
imunologik.
2.
Gangguan
hubungan seksual yang dapat menyebabkan infertilitas
Ø Kesalahan
teknik senggama : penetrasi tidak sempurna ke vagina
Ø Gangguan
psikososial : impotensi ejakulasi prekoks, vaginismus
Ø Ejakulasi
abnormal : kegagalan ejakulasi akibat pengaruh obat, ejakulasi retrogard ke
dalam vesika urinaria pasca prostatektomi
Ø Kelainan
anatomi : hipospadia, epispadia, penyakit pyeroni.
3.
Gangguan
produksi dan transportasi sperma
Parameter
analisis semen normal
o
Volume 2-5 cc
o
Jumlah sperma > 20
juta/ml
o
Motilitas 6-8 jam > 40%
o
Bentuk sperma yang abnormal
< 20%
o
Kandungan kadar fruktosa
120-450 mikrog/ml.
4.
Gangguan
ovulasi
Ovarium memiliki dua peran
utama, yaitu : sebagai penghasil gamet, sebagai organ endokrin karena
menghasilkan hormon seks (estrogen dan progesteron).
Kegagalan ovulasi dapat
berasal primer dari ovarium, misalnya penyakit ovarium polikistik atau
kegagalan yang bersifat sekunder akibat kelainan pada poros hipotalamus
hipofisis dan kelainan pada pusat opionid dan reseptor steroid di hipotalamus,
atau tumor hipofisis serta hipofungsi hipofisis.
5.
Pemeriksaan
pasangan infertil
Sekitar 1 dari 5 pasangan
akan hamil dalam 1 tahun pertama pernikahan dengan senggama yang normal dan
teratur.
a.
Riwayat
penyakit dan pemeriksaan
b.
Analisis
sperma
c.
Uji
pasca senggama (UPS)
d.
Pembasahan
dan Pemantauan Ovulasi
e.
Uji
pakis
f.
Suhu
Basal Badan (SBB)
g.
Sitologi
vagina atau endoserviks
h.
Biopsi
Endometrium
i.
Laparaskopi.
6.
Pemeriksaan
uterus dan tuba fallopi
a.
Biopsi
Endometrium
b.
Hydrotubasi
c.
Hidrosalpingogram
d.
Histeroskopi
e.
Laparaskopi
f.
Ultrasonografi
dan Endosonografi.
7.
Pengobatan
infertilitas pasangan
Sekitar
50% pasangan infertil dapat berhasil hamil. Hal ini memberikan rasa optimis
bagi kebanyakan dokter yang mencoba menangani pasangan infertil. Selama kurun
waktu pemeriksaan pengobatan, baik oleh dokter umum maupun klinik infertilitas,
umumnya pasien tetap peka terhadap perubahan emosional akibat kegagalannya
untuk hamil. Oleh karena itu kontak yang teratur dengan mereka senantiasa
dibutuhkan, untuk memberikan kesempatan kepada mereka melakukan ventilasi.
Tindakan-tindakan
diagnostik seringkali juga merupakan rangsangan pengobatan. Pemeriksaan vaginal
dan sondase uterus, misalnya dapat menaikkan laju konsepsi.
8.
Penyakit
Menular Seksual
Cara
penularan PMS termasuk HIV/AIDS, dapat melalui :
a.
Hubungan
seksual yang tidak terlindung, baik melalui vagina, anus, maupun oral. Cara ini
merupakan cara paling utama (lebih dari 90%)
b.
Penularan
dari ibu ke janin selama kehamilan (HIV/AIDS, Herpes, Sifilis), pada persalinan
(HIV/AIDS, Gonorhoe, Klamidia), sesudah bayi lahir (HIV/AIDS)
c.
Melalui
tranfusi darah, suntikan atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk
darah (HIV/AIDS).
Cara
pencegahan PMS :
a.
Melakukan
hubungan seksual hanya dengan pasangan yang setia
b.
Menggunakan
kondom ketika melakukan hubungan seksual
c.
Bila
terinfeksi PMS mencari pengobatan bersama pasangan seksual
d.
Menghindari
hubungan seksual bila ada gejala PMS, misalnya borok pada alat kelamin, atau
keluarnya duh (cairan nanah) dari tubuh.
c.
Pelayanan Kesehatan
Reproduksi pada Menopause
1.
Definisi
Kata menopause berasal dari
bahasa yunani yang berarti ”bulan” dan ”penghentian sementara”
(Wirakusumah,Emma.S, 2004).
Menopause atau mati haid adalah masa dimana
seorang perempuan mendapatkan haid atau datang bulan atau menstruasi terakhir
secara alami dan tidak lagi haid selama 12 bulan berturut-turut (Departemen
Kesehatan RI, 2005).
Umumnya terjadi menopause mulai terjadi pada
permpuan berusia sekitar 45-55 tahun (Departemen Kesehatan RI, 2005).
2.
Patofisiologi
menopause
Jumlah folikel yang
mengalami atresia makin meningkat, sampai suatu ketika tidak tersedia lagi
folikel yang cukup, produksi estrogen pun berkurang dan tidak terjadi haid lagi
yang berakhir dengan terjadi menopause. Oleh karena itu, menopause diartikan
sebagai haid alami terakhir, hal ini tidak terjadi bila wanita menggunakan
kontrasepsi hormonal pada usia perimenopause. Perdarahan terus terjadi selama
wanita masih menggunakan pil kontrasepsi secara siklik dan wanita tersebut
tidak mengalami keluhan klimakterik. Untuk menentukan diagnosis menopause, pil
kontrasepsi harus segera dihentikan dan satu bulan kemudian dilakukan
pemeriksaan FSH dan estradiol.
Bila pada usia menopause
ditemukan kadar FSH dan estradiol bervariasi (tinggi atau rendah), maka setelah
memasuki usia menopause akan selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (>40
mlU/ml). Kadar estradiol pada awal menopause dijumpai rendah hanya pada
sebagian wanita, sedangkan pada sebagian wanita lain, apalagi wanita gemuk,
kadar estradiol dapat tinggi. Hal ini terjadi akibat proses aromatisasi
androgen menjadi estrogen di dalam jaringan lemak. Diagnosis menopause
merupakan diagnosis retropektif, bila seorang wanita tidak haid selama 12
bulan, dan dijumpai kadar FSH darah >40 mlU/ml dan kadar estradiol <30
pg/ml, telah dapat dikatakan wanita tersebut telah mengalami menopause (Baziad,
2003).
3.
Gejala-gejala
menopause
a.
Gejala jangka pendek
Gejala ini sering dijumpai,
menimbulkan distress dan menyebabkan banyak wanita yang sebelumnya sehat
mencari anjuran medis. Gejala-gejala sering salah diagnosis. Pada beberapa
wanita, gejala-gejala menopause mungkin sangat mengganggu kualitas hidup dan
sebaiknya tidak diabaikan dalam setiap pembahasan mengenai resiko dan manfaat
FSH.
1.
Gejala
Vasomotor
Ø Kulit
memerah dan panas tiba-tiba
Ø Palpitasi
Ø Pening
Ø Rasa
lemah dan ingin pingsan.
2.
Gejala
Psikologis
Ø Mood
murung
Ø Ansietas
Iritabilitas dan mood
berubah-ubah
Ø Labilitas
emosi
Ø
Merasa tidak berday
Ø Gangguan
daya ingat
Ø Konsentrasi
berkurang
Ø Sulit
mengambil keputusan
Ø Merasa
tidak bahagia.
b.
Gejala jangka menenga
1.
Atrofi
Urogenital
Ø Kekeringan
vagina menyebabkan dispareuni, yang kemudian akan menurunkan libido
Ø PH
vagina meningkat dan vagina rentan mengalami infeksi oleh bakteri, karena
terjadi penurunan kolonisasi oleh laktobasil
Ø Insiden
disuria, frekuensi, urgensi, dan inkotinensia meningkat seiring bertambahnya
usia, dan terjadi atrofi dan berkurangnya jaringan kolagen di sekitar
leherkandung kemih.
2.
Perubahan
Kulit
Ø Pada
pasca menopause terjadi penyusutan generalisata kolagen dari lapisan dermis
kulit
Ø Wanita
sering mengeluh kulit yang tipis, dan kering disertai kerontokan rambut dan
kerapuhan kuku.
Ø Sering
terjadi keluhan nyeri sendi dan otot yang generalisata dan hal ini juga
disebabkan oleh berkurangnya kolagen.
c.
Gejala
jangka panjang
1.
Osteoporosis
2.
Penyakit
kardiovaskuler.
4.
Upaya dalam mengatasi gejala-gejala menopause
a.
Terai
non-hormonal
Ø Arus
panas (hot flush)
Dianjurkan untuk
meningkatkan asupan vitamin B kompleks untuk menekan stress dengan menormalkan
sistem saraf tubuh. Meningkatkan konsumsi makanan tinggi fitoestrogen seperti
kacang-kacangan terutama kedelai dan olahannya (tahu, tempe, susu kedelai), dan
pepaya. Makan sumber vitamin E yang tidak saja dapat memperlancar oksigen tapi
juga mencegah pengendapan kolesterol di arteri sehingga peredaran darah menjadi
lancar.
Ø Kulit
kering dan keriput
Makanlah makanan alami
bersifat membangun dan tidak merusak, terutama buah-buahan dan sayuran.
Tingkatkan asupan vitamin E yang terdapat di biji-bijian terutama biji-bijian
yang sudah berkecambah. Vitamin E diyakini dapat menyerap dan menghancurkan
pigmen tanda-tanda penuaan yang timbul pada kulit. Perbanyak minum air putih
dan hindari merokok.
Ø Pening
atau sakit kepala
Cobalah untuk bersantai,
beristirahat atau melakukan meditasi. Hindari hal-hal yang menyebabkan
ketegangan, depresi atau stress. Hindari alkohol dan kopi.
Ø Pengerutan
vagina
Menggunakan krim estrogen atau gel khusus
vagina, melakukan hubungan seks secara teratur.
Ø Infeksi
saluran kemih
Banyak mengkonsumsi air
putih. Jika kantung kemih dalam keadaan penuh, pembilasan akan sering terjadi
sehingga bakteri akan terbawa keluar. Mencuci
bersih alat kelamin setelah buang air kecil untuk mencegah masuknya
bakteri.
Ø Insomnia
(sulit tidur)
Menjalani gaya hidup yang positif dan
hilangkan pikiran negatif. Melakukan aktivitas fisik di siang hari. Aktivitas
fisik secara teratur dapat membuat tidur lebih nyenyak. Jangan membiarkan perut
dalam kondisi kelaparan.
Ø Gangguan
psikis dan emosi
Memperbanyak makanan sumber
fitoestrogen dan vitamin B6, misalnya kedelai dan produknya seperti tempe,
tahu, dan susu kedelai. Vitamin B6 penting untuk memperlancar kerja sistem
saraf dan menurunkan tingkat stress. Meningkatkan asupan kalsium menurut Gay
Gaer Luce dapat mengurangi kesedihan dengan mempengaruhi fungsi sistem saraf.
Perasaan marah dan depresi bisa diakibatkan oleh ketidakseimbangan natrium dan
kalium dalam cairan tubuh. Oleh karena itu kurangi garam dan tingkatkan asupan
kalium, misalnya jeruk atau pisang. Menghargai dan mencintai diri sendiri
dengan cara menerima apa adanya.
Ø Osteoporosis
Meningkatkan asupan kalsium
bisa dari susu atau ikan, misalnya ikan teri. Meningkatkan asupan vitamin D
dari susu dan paparan sinar matahari pagi (jam 08.00-09.00). Meningkatkan
asupan estrogen alami (fitoestrogen) dengan banyak mengkonsumsi produk kedelai
seperti susu kedelai, tempe dan tahu. Meningkatkan aktivitas fisik
(Wirakusumah,Emma.S, 2004).
b.
Terapi
hormonal
Gejala-gejala menopause dan
osteoporosis bisa dibantu dengan menggunakan terapi penyulihan atau penggantian
hormon (HRT = Hormone Replacement Therapy) yang dilakukan dengan memasukkan
hormon-hormon seksual di dalam tablet atau beberapa bentuk lainnya. HRT tidak
sesuai bagi setiap perempuan dan adanya beberapa kondisi medis, seperti kanker
payudara. HRT perlu waktu lama untuk persiapan sehingga bisa sesuai dengan
setiap individu. Salah satu kerugian HRT adalah bahwa kebanyakan persiapan HRT
menyebabkan sedikit perdarahan bulanan pada perempuan yang secara normal sudah
berhenti menstruasi tetapi persiapan HRT sekarang tersedia bagi perempuan tua
dimana tidak ada perdarahan bulanan yang dialaminya (Nash Barbara, 2006).
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Pelayanan kesehatan
reproduksi pada WUS, PUS, dan menopause meliputi pemberian pengetahuan tentang
keadaan normal dan abnormal kesehatan reproduksi maupun dalam mengatasi
keluhan-keluhan yang timbul.
- Saran
Hendaknya sebagai seorang bidan bisa
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi pada WUS, PUS dan menopause secara
optimal.