Maandag 09 September 2013



KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada WUS, PUS dan Menopause” dapat diselesaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Dalam menyusun makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
  1. Ibu Hj. Masruroh,S.Si.T,.M. Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Uniska Kendal.
  2. Ibu Sigit Ambar W, SKM.,M.Kes selaku Dosen pengampu mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat.
  3. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan material maupun spiritual.
  4. Teman-teman Semester IV A.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman.



                                                                                                Kendal, April 2010


Penulis



BAB I
PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang
Masa reproduksi merupakan masa terpenting bagi wanita dan berlangsung kira-kira 33 tahun. Haid pada masa ini paling teratur dan siklus pada alat genital bermakna untuk  memungkinkan kehamilan. Pada masa ini terjadi ovulasi kurang lebih 450 kali, dan selama ini wanita berdarah selama 1800 hari. Biarpun pada usia 40 tahun ke atas wanita masih mampu hamil, tetapi fertilitas menurun cepat sesudah usia tersebut.. Dalam makalah ini dibahas mengenai masalah dan kebutuhan yang diperlukan WUS (Wanita Usia Subur) dan PUS (Pasangan Usia Subur). Yang merupakan masalah dari WUS yaitu mengenai keadaan organ kelamin, untuk kesehatan mengenai alat kelamin dan penyakit yang sering mengganggu akibat infeksi. Selain itu, WUS juga harus diberi penyuluhan mengenai penyakit menular seksual (PMS) agar WUS tidak melakukan tindakan atau perbuatan berganti-ganti pasangan dalam usianya yang subur.
PUS juga memerlukan penyuluhan/promosi kesehatan dalam kehidupannya. Dalam hal ini petugas kesehatan harus mempromosikan KB (Keluarga Berencana) bagi pasangan ini. Tujuannya untuk membatasi kelahiran anak karena mereka subur, tidak memiliki kelainan sehingga mudah memperoleh anak/keturunan. Disini akan dibahas mengenai alat kontrasepsi, tapi salah satunya vasektomi dan tubektomi. Memang banyak alat kontrasepsi lainnya, namun vasektomi dan tubektomi merupakan kontap (kontrasepsi mantap) jika sudah matang dalam memilih pilihannya. Dengan penyuluhan KB diharapkan angka kelahiran dan di Indonesia
Menurun dan tingkat kesejahteraan hidup meningkat.







Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus kesehatan wanita :
1.      Genetik
Merupakan modal utama atau dasar faktor bawaan yang normal, contoh : jenis kelamin, suku, bangsa.
2.      Lingkungan
Komponen biologis, misalnya : organ tubuh, gizi, perawatan kebersihan lingkungan, pendidikan, sosial budaya, tradisi, agama, adat, ekonomi, politik.
3.      Perilaku
Keadaan perilaku akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Perilaku yang tertanam pada masa anak akan terbawa dalam kehidupan selanjutnya.

            Faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan wanita pada masa dewasa :
a.       Perkembangan organ reproduksi
b.      Tanggapan seksual
c.       Kedewasaan psikologis.

Faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan wanita usia lanjut :
a.       Faktor hormonal
b.      Kejiwaan
c.       Lingkungan
d.      Pola makan
e.       Aktifitas fisik (olah raga).

Dengan demikian perlu diberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang sesuai dengan siklus perkembangan reproduksi wanita.



B.     Maksud
Disamping guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat, penyusunan makalah ini juga dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada WUS, PUS dan Menopause.

  1. Tujuan
Memberikan informasi tentang pelayanan kesehatan reproduksi pada WUS
Memberikan informasi tentang pelayanan kesehatan reproduksi pada PUS
Memberikan informasi tentang pelayanan kesehatan reproduksi pada Menopause.




















BAB II
TINJAUAN TEORI


  1. Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada WUS
1.      Pengertian
WUS (Wanita Usia Subur) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada wanita usia subur ini berlangsung lebih cepat dari pada pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an presentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil. Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui. Dimana dalam masa wanita subur ini harus menjaga dan merawat personal hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat kelaminya dengan rajin membersihkannya. Oleh karena itu WUS dianjurkan untuk merawat diri. Untuk mengetahui tanda-tanda wanita subur antara lain dengan melihat siklus haidnya.

2.      Siklus Haid
Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya subur. Satu putaran haid dimulai dari hari pertama keluar haid hingga sehari sebelum haid datang kembali, yang biasanya berlangsung selama 28-30 hari. Oleh karena itu siklus haid dapat dijadikan indikasi pertama untuk menandai seorang wanita subur atau tidak. Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti, perubahan suhu basal tubuh, perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks), perubahan pada serviks, panjangnya siklus menstruasi (metode kalender) dan indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan perubahan payudara.


3.      Pembekalan pengetahuan untuk menjaga kesehatan reproduksi wanita
a.       Personal Hygiene, misalnya :
Ø  Mandi 2x sehari
Ø  Ganti pakaian dalam setiap hari
Ø  Hindari keadaan lembab di vagina
Ø  Mamakai pembalut yang tidak mengandung zat berbahaya (berbahaya ditandai dengan mudah rusaknya pembalut jika terkena air)
Ø  Ganti pembalut maksimal tiap 6 jam atau bila sudah penuh oleh darah haid
Ø  Cebok dari arah depan ke belakang
Ø  Hindari penggunaan sabun/cairan pembersih vagina.
b.      Gizi
Ø  Hindari 5 P (Pewarna, pengawet, penyedap, pengenyal,
Ø  Konsumsi buah dan sayuran.
c.       Perilaku seks 
Ø  Hindari perilaku seks bebas diluar nikah.

  1. Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada PUS
.      Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi dan Upaya Penanggulangannya
a.      Definisi dan pengertian dasar
Fertilitas adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan bayi hidup dari suami yang mampu menghamilinya.
Pasangan Infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologis yang tidak mampu menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup.
Infertilitas Primer adalah jika istri belum berhasil hamil walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan pada kemuungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
Infertilitas Sekunder adalah jika istri pernah hamil akan tetapi tidak berhasil hamil lagi walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.


Etiologi dan Epidemiologi Infertilitas
Persyaratan kehamilan :
Ø  Hubungan seksual yang normal
Ø  Analisis sperma yang normal
Ø  Ovulasi yang normal
Ø  Uterus dan endometrium yang normal
Ø  Tuba fallopi yang normal.

Etiologi
Infertilitas dapat disebabkan oleh :
Ø  Gangguan pada hubungan seksual
Ø  Jumlah sperma dan transportasinya yang abnormal
Ø  Gangguan ovulasi dan hormonal yang lain, termasuk gangguan pada tingkat reseptor hormon reproduksi.
Ø  Kelainan tempat implantasi (endometrium) dan uterus
Ø  Kelainan jalur transportasi (tuba fallopi)
Ø  Gangguan peritoneum
Ø  Gangguan imunologik.

2.      Gangguan hubungan seksual yang dapat menyebabkan infertilitas
Ø  Kesalahan teknik senggama : penetrasi tidak sempurna ke vagina
Ø  Gangguan psikososial : impotensi ejakulasi prekoks, vaginismus
Ø  Ejakulasi abnormal : kegagalan ejakulasi akibat pengaruh obat, ejakulasi retrogard ke dalam vesika urinaria pasca prostatektomi
Ø  Kelainan anatomi : hipospadia, epispadia, penyakit pyeroni.

3.      Gangguan produksi dan transportasi sperma
Parameter analisis semen normal
o   Volume 2-5 cc
o   Jumlah sperma > 20 juta/ml
o   Motilitas 6-8 jam > 40%
o   Bentuk sperma yang abnormal < 20%
o   Kandungan kadar fruktosa 120-450 mikrog/ml.

4.      Gangguan ovulasi
Ovarium memiliki dua peran utama, yaitu : sebagai penghasil gamet, sebagai organ endokrin karena menghasilkan hormon seks (estrogen dan progesteron).
Kegagalan ovulasi dapat berasal primer dari ovarium, misalnya penyakit ovarium polikistik atau kegagalan yang bersifat sekunder akibat kelainan pada poros hipotalamus hipofisis dan kelainan pada pusat opionid dan reseptor steroid di hipotalamus, atau tumor hipofisis serta hipofungsi hipofisis.

5.      Pemeriksaan pasangan infertil
Sekitar 1 dari 5 pasangan akan hamil dalam 1 tahun pertama pernikahan dengan senggama yang normal dan teratur.
a.       Riwayat penyakit dan pemeriksaan
b.      Analisis sperma
c.       Uji pasca senggama (UPS)
d.      Pembasahan dan Pemantauan Ovulasi
e.       Uji pakis
f.       Suhu Basal Badan (SBB)
g.      Sitologi vagina atau endoserviks
h.      Biopsi Endometrium
i.        Laparaskopi.

6.      Pemeriksaan uterus dan tuba fallopi
a.       Biopsi Endometrium
b.      Hydrotubasi
c.       Hidrosalpingogram
d.      Histeroskopi
e.       Laparaskopi
f.       Ultrasonografi dan Endosonografi.

7.      Pengobatan infertilitas pasangan
Sekitar 50% pasangan infertil dapat berhasil hamil. Hal ini memberikan rasa optimis bagi kebanyakan dokter yang mencoba menangani pasangan infertil. Selama kurun waktu pemeriksaan pengobatan, baik oleh dokter umum maupun klinik infertilitas, umumnya pasien tetap peka terhadap perubahan emosional akibat kegagalannya untuk hamil. Oleh karena itu kontak yang teratur dengan mereka senantiasa dibutuhkan, untuk memberikan kesempatan kepada mereka melakukan ventilasi.
Tindakan-tindakan diagnostik seringkali juga merupakan rangsangan pengobatan. Pemeriksaan vaginal dan sondase uterus, misalnya dapat menaikkan laju konsepsi.

8.      Penyakit Menular Seksual
Cara penularan PMS termasuk HIV/AIDS, dapat melalui :
a.       Hubungan seksual yang tidak terlindung, baik melalui vagina, anus, maupun oral. Cara ini merupakan cara paling utama (lebih dari 90%)
b.      Penularan dari ibu ke janin selama kehamilan (HIV/AIDS, Herpes, Sifilis), pada persalinan (HIV/AIDS, Gonorhoe, Klamidia), sesudah bayi lahir (HIV/AIDS)
c.       Melalui tranfusi darah, suntikan atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah (HIV/AIDS).

Cara pencegahan PMS :
a.       Melakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan yang setia
b.      Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual
c.       Bila terinfeksi PMS mencari pengobatan bersama pasangan seksual
d.      Menghindari hubungan seksual bila ada gejala PMS, misalnya borok pada alat kelamin, atau keluarnya duh (cairan nanah) dari tubuh.



c.       Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Menopause
1.      Definisi
Kata menopause berasal dari bahasa yunani yang berarti ”bulan” dan ”penghentian sementara” (Wirakusumah,Emma.S, 2004).
Menopause atau mati haid adalah masa dimana seorang perempuan mendapatkan haid atau datang bulan atau menstruasi terakhir secara alami dan tidak lagi haid selama 12 bulan berturut-turut (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Umumnya terjadi menopause mulai terjadi pada permpuan berusia sekitar 45-55 tahun (Departemen Kesehatan RI, 2005).


2.      Patofisiologi menopause
Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup, produksi estrogen pun berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadi menopause. Oleh karena itu, menopause diartikan sebagai haid alami terakhir, hal ini tidak terjadi bila wanita menggunakan kontrasepsi hormonal pada usia perimenopause. Perdarahan terus terjadi selama wanita masih menggunakan pil kontrasepsi secara siklik dan wanita tersebut tidak mengalami keluhan klimakterik. Untuk menentukan diagnosis menopause, pil kontrasepsi harus segera dihentikan dan satu bulan kemudian dilakukan pemeriksaan FSH dan estradiol.
Bila pada usia menopause ditemukan kadar FSH dan estradiol bervariasi (tinggi atau rendah), maka setelah memasuki usia menopause akan selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (>40 mlU/ml). Kadar estradiol pada awal menopause dijumpai rendah hanya pada sebagian wanita, sedangkan pada sebagian wanita lain, apalagi wanita gemuk, kadar estradiol dapat tinggi. Hal ini terjadi akibat proses aromatisasi androgen menjadi estrogen di dalam jaringan lemak. Diagnosis menopause merupakan diagnosis retropektif, bila seorang wanita tidak haid selama 12 bulan, dan dijumpai kadar FSH darah >40 mlU/ml dan kadar estradiol <30 pg/ml, telah dapat dikatakan wanita tersebut telah mengalami menopause (Baziad, 2003).


3.      Gejala-gejala menopause
a.      Gejala jangka pendek
Gejala ini sering dijumpai, menimbulkan distress dan menyebabkan banyak wanita yang sebelumnya sehat mencari anjuran medis. Gejala-gejala sering salah diagnosis. Pada beberapa wanita, gejala-gejala menopause mungkin sangat mengganggu kualitas hidup dan sebaiknya tidak diabaikan dalam setiap pembahasan mengenai resiko dan manfaat FSH.
1.      Gejala Vasomotor
Ø  Kulit memerah dan panas tiba-tiba
Ø  Palpitasi
Ø  Pening
Ø  Rasa lemah dan ingin pingsan.
2.      Gejala Psikologis
Ø  Mood murung
Ø  Ansietas
 Iritabilitas dan mood berubah-ubah
Ø  Labilitas emosi
Ø  Merasa tidak berday
Ø  Gangguan daya ingat
Ø  Konsentrasi berkurang
Ø  Sulit mengambil keputusan
Ø  Merasa tidak bahagia.

b.      Gejala jangka menenga
1.      Atrofi Urogenital
Ø  Kekeringan vagina menyebabkan dispareuni, yang kemudian akan menurunkan libido
Ø  PH vagina meningkat dan vagina rentan mengalami infeksi oleh bakteri, karena terjadi penurunan kolonisasi oleh laktobasil
Ø  Insiden disuria, frekuensi, urgensi, dan inkotinensia meningkat seiring bertambahnya usia, dan terjadi atrofi dan berkurangnya jaringan kolagen di sekitar leherkandung kemih.


2.       Perubahan Kulit
Ø  Pada pasca menopause terjadi penyusutan generalisata kolagen dari lapisan dermis kulit
Ø  Wanita sering mengeluh kulit yang tipis, dan kering disertai kerontokan rambut dan kerapuhan kuku.
Ø  Sering terjadi keluhan nyeri sendi dan otot yang generalisata dan hal ini juga disebabkan oleh berkurangnya kolagen.

c.       Gejala jangka panjang      
1.      Osteoporosis
2.      Penyakit kardiovaskuler.

4.      Upaya dalam mengatasi gejala-gejala menopause
a.       Terai non-hormonal
Ø  Arus panas (hot flush)
Dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B kompleks untuk menekan stress dengan menormalkan sistem saraf tubuh. Meningkatkan konsumsi makanan tinggi fitoestrogen seperti kacang-kacangan terutama kedelai dan olahannya (tahu, tempe, susu kedelai), dan pepaya. Makan sumber vitamin E yang tidak saja dapat memperlancar oksigen tapi juga mencegah pengendapan kolesterol di arteri sehingga peredaran darah menjadi lancar.
Ø  Kulit kering dan keriput
Makanlah makanan alami bersifat membangun dan tidak merusak, terutama buah-buahan dan sayuran. Tingkatkan asupan vitamin E yang terdapat di biji-bijian terutama biji-bijian yang sudah berkecambah. Vitamin E diyakini dapat menyerap dan menghancurkan pigmen tanda-tanda penuaan yang timbul pada kulit. Perbanyak minum air putih dan hindari merokok.
Ø  Pening atau sakit kepala
Cobalah untuk bersantai, beristirahat atau melakukan meditasi. Hindari hal-hal yang menyebabkan ketegangan, depresi atau stress. Hindari alkohol dan kopi.
Ø  Pengerutan vagina
Menggunakan krim estrogen atau gel khusus vagina, melakukan hubungan seks secara teratur.

Ø  Infeksi saluran kemih
Banyak mengkonsumsi air putih. Jika kantung kemih dalam keadaan penuh, pembilasan akan sering terjadi sehingga bakteri akan terbawa keluar. Mencuci  bersih alat kelamin setelah buang air kecil untuk mencegah masuknya bakteri.
Ø  Insomnia (sulit tidur)
Menjalani gaya hidup yang positif dan hilangkan pikiran negatif. Melakukan aktivitas fisik di siang hari. Aktivitas fisik secara teratur dapat membuat tidur lebih nyenyak. Jangan membiarkan perut dalam kondisi kelaparan.
Ø  Gangguan psikis dan emosi
Memperbanyak makanan sumber fitoestrogen dan vitamin B6, misalnya kedelai dan produknya seperti tempe, tahu, dan susu kedelai. Vitamin B6 penting untuk memperlancar kerja sistem saraf dan menurunkan tingkat stress. Meningkatkan asupan kalsium menurut Gay Gaer Luce dapat mengurangi kesedihan dengan mempengaruhi fungsi sistem saraf. Perasaan marah dan depresi bisa diakibatkan oleh ketidakseimbangan natrium dan kalium dalam cairan tubuh. Oleh karena itu kurangi garam dan tingkatkan asupan kalium, misalnya jeruk atau pisang. Menghargai dan mencintai diri sendiri dengan cara menerima apa adanya.
Ø  Osteoporosis
Meningkatkan asupan kalsium bisa dari susu atau ikan, misalnya ikan teri. Meningkatkan asupan vitamin D dari susu dan paparan sinar matahari pagi (jam 08.00-09.00). Meningkatkan asupan estrogen alami (fitoestrogen) dengan banyak mengkonsumsi produk kedelai seperti susu kedelai, tempe dan tahu. Meningkatkan aktivitas fisik (Wirakusumah,Emma.S, 2004).
b.      Terapi hormonal
Gejala-gejala menopause dan osteoporosis bisa dibantu dengan menggunakan terapi penyulihan atau penggantian hormon (HRT = Hormone Replacement Therapy) yang dilakukan dengan memasukkan hormon-hormon seksual di dalam tablet atau beberapa bentuk lainnya. HRT tidak sesuai bagi setiap perempuan dan adanya beberapa kondisi medis, seperti kanker payudara. HRT perlu waktu lama untuk persiapan sehingga bisa sesuai dengan setiap individu. Salah satu kerugian HRT adalah bahwa kebanyakan persiapan HRT menyebabkan sedikit perdarahan bulanan pada perempuan yang secara normal sudah berhenti menstruasi tetapi persiapan HRT sekarang tersedia bagi perempuan tua dimana tidak ada perdarahan bulanan yang dialaminya (Nash Barbara, 2006).
        BAB III
PENUTUP


  1. Kesimpulan
Pelayanan kesehatan reproduksi pada WUS, PUS, dan menopause meliputi pemberian pengetahuan tentang keadaan normal dan abnormal kesehatan reproduksi maupun dalam mengatasi keluhan-keluhan yang timbul.

  1. Saran
Hendaknya sebagai seorang bidan bisa memberikan pelayanan kesehatan reproduksi pada WUS, PUS dan menopause secara optimal.




























Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking