MAKALAH DISTOSIA
PENDAHULUAN
Sebelum mengetahui fisiologi persalinan,
terlebih dahulu harus mengetahui pembagian partus. Partus dibagi menjadi 4
kala.
Ø Pada
kala I (kala pembukaan), serviks membuka samapai terjadi pembukaan 10 cm.
Ø Kala
II disebut kala pengeluaran, oleh karena berkat kekuatan his (kontraksi) dan
kekuatan ibu mengedan sehingga janin terdorong keluar sampai lahir.
Ø Dalam
kala III atau kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan.
Ø Kala
IV mulai dari lahirnya plesenta dan lamanya 1 jam. Dalam kala IV ini harus
lebih diamati karena melihat kemungkinan adanya perdarahan postpartum.
Fisiologi Persalinan
Persalinan Kala I
(penipisan dan pembukaan serviks)
Dimulai pada waktu serviks membuka karena his
: kontraksi uterus yang teratur, makin lama makin kuat, makin seering, makin
terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak
daripada darah haid. Fase ini berakhir pada waktu serviks telah mengalami pembukaan
lengkap (pada pemeriksaan dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi).
Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I. Kala I dibagi
atas :
Fase
laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas :
1. fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
2. fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
3. fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm)
Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas :
1. fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
2. fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
3. fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm)
Beberapa
peristiwa penting yang terjadi pada Kala I :
1.
Keluar lendir / darah(bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous
plug) yang selamakehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya
vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan
dinding dalam uterus.
2.
Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan
mendatar.
3.
Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah
dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Persalinan Kala II (Fase Pengeluaran
Bayi)
Dimulai pada saat pembukaan serviks
telah lengkap dan berakhir pada saat bayi telah lahir lengkap.His menjadi lebih
kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat.
Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2.
Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2.
Peristiwa penting pada persalinan kala 2 :
1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala)
turun sampai dasar panggul.
2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan
yang makin berat.
3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid
fisiologik)
4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan
suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai sumbu putar /
hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.5. Kemungkinan
diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir
(episiotomi).
Gerakan
utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala :
Masuknya kepala dalam pintu
atas panggul pada primigravida terjadi pada bulan
terakhir kehamilan (36 mg), sedangkan pada multigravida terjadi pada permulaan
persalinan (38 mg). Masuknya kepala kedalam pintu atas panggul biasanya dengan
sutura sagitalis melintang dan dengan fleksio yang ringan.
Masuknya kepala melintasi
PAP dapat dalam keadaan :
Ø Synclitismus
: sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah jalan lahir, tepat antara symphisis
dengan promontorium
Ø Asynclitismus
: sutura sagitalis ke depan mendekati symphisis atau agak kebelakang mendekati
promontorium.
Ø Asynclitismus
posterior kalau sutura sagitalis mendekati symphisis dan os parietal belakang
lebih rendah dari os parietal depan.
Ø Asynclitismus
anterior jika sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal
depan lebih rendah dari os parietal belakang.
Ø Asynclitismus
anterior lebih menguntungkan dari pada asynclitismus posterior karena ruangan
pelvis posterior lebih luas dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah
anterior.
Majunya kepala :
Ø primigravida : majunya
kepala setelah masuk kedalam rongga panggul dan biasanya pada kala II
Ø Multigravida : majunya
kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan
Ø Majunya kepala bersaman
dengan gerakan yang lain (fleksi, putaran paksi dalam, dan extensi)
Yang menyebabkan masuknya kepala:
Ø cairan
intrauterin
Ø tekanan
langsung fundus pada bokong
Ø kekuatan
mengejan
Ø melurusnya
badan anak oleh perubahan bentuk rahim
2. Keadaan
asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada mekanisme turnnya kepala
dengan asinklitismus posterior karena ruangan pelvis di daerah posterior lebih
luas dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah anterior. Hal asinklitismus
penting apabila daya akomodasi panggul agak terbatas.
3. Akibat
sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetrik, dengan sumbu lebih
mendekati suboksiput maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala
yang akan turun, menyebabkan kepala mengadakan fleksi di dalam rongga
panggul.
Ø dengan
majunya kepala fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari
ubun-ubun besar
Ø suboccipito
bregmatica (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11cm)
Ø Karena
anak didorong maju dan mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul,
serviks, dan dinding panggul.
4. Sampai
di dasar panggul, kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal. Kepala
yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke
bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin
disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi yang disebut
sebagai putaran paksi dalam. Pada umumnya dalam hal mengadakan rotasi
ubun-ubun kecil akan berputar ke arah depan sehingga di dasar panggul ubun-ubun
kecil berada di bawah simfisis.\
Sebab-sebab putaran paksi dalam:
Ø kombinasi
elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin akibat his
Ø Bagian
terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit (depan atas hiatus
genitalis antara m. Levator ani kiri dan kanan)
Ø Ukuran
terbesar bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior
5. Setelah
putaran paksi dalam selesai, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk
dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih membuka dan kepala
janin makin tampak. Perineum menjadi lebih lebar dan tipis, anus membuka
sehingga tampak dinding rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan
mengedan ibu, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu.
6. Sesudah
kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi yang disebut
putaran paksi luar. Putaran
paksi luar ini adalah gerakan kembali sebelum
putaran
paksi dalam terjadi untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
7. Bahu
melintasi PAP dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul, bahu akan
menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar
panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan
belakang. Gerakan ini dinamakan ekspulsi. Selanjutnya dilahirkan
trokanter belakang. Kemudian bayi lahir seluruhnya.
Persalinan kala III (Fase Pengeluaran
Plasenta)
Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap
dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta
dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai
dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak
disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan
plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat
adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus
bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat. Plasenta lepas
spontan 5-15 menit setelah bayi lahir.
Kala IV (Observasi Pasca Persalinan)
Setelah plaenta lahir, masih ada masa kritis
yang dihadapi oleh ibu pada kala IV persalinan. Misalnya dapat terjadi
perdarahan postpartum. Penyebab utama dari perdarahan ialah kontraksi uterus
yang kurang baik. Oleh karena itu, sebelum 1 jam berlalu, penderita belum boleh
dipindahkan dan memerlukan pengawasan yang seksama.
Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan
observasi. Adapun tujuh (7) pokok penting yang harus diperhatikan pada kala IV
adalah :
1) kontraksi uterus harus baik,
2) tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4) kandung kencing harus kosong,
5) luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6) resume keadaan umum bayi, dan
7) resume keadaan umum ibu.
1) kontraksi uterus harus baik,
2) tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4) kandung kencing harus kosong,
5) luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6) resume keadaan umum bayi, dan
7) resume keadaan umum ibu.
Tanda-tanda inpartu :
Ø Kekuatan
his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin
pendek.
Ø Terjadi
pengeluaran lendir
Ø Terjadi
pengeluaran darah
Ø Dapat
disertai ketuban
Ø Pada
pemeriksaan dalam terdapat perlunakan serviks, pendataran serviks, terjadi
pembukaan serviks.
Sebab-sebab dimulainya persalinan:
1. Teori penurunan hormon: 1-2 minggu sebelum partus mulai
terjadi penurunan kadar hormon estrogen
dan progesteron. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh
darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
2. Teori plasenta
menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang
menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi
rahim: rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.
4. Teori iritasi
mekanik: di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus
Frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala
janin, akan timbul kontraksi uterus.
Penyebab persalinan macet (distosia)
Distosia ialah persalinan yang sulit.
Sebab-sebabnya secara umum dibagi dalam 3 golongan yaitu :
a. Distosia
karena kelainan tenaga (kelainan His). His yang tidak normal dalam hal kekuatan
atau sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat
pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi, sehingga pesalinan mengalami
hambatan atau kemacetan.
b. Distosia
karena kelaianan Janin (Passenger). Persalinan dapat mengalami gangguan atau
kemacetan karena kelainan dalam letak atau
bentuk janinyang terlampau besar sehingga sulit memasuki PAP.
c. Distosia
karena kelainan Jalan Lahir (Passage). Kelainan dapat berupa ukuran atau bentuk
jalan lahir yang relatif kecil atau sempit sehingga menghalangi kemajuan
persalinan atau menyebabkan kemacetan.
Patomekanisme
Distosia
Patomekanisme
distosia dijelaskan berdasarkan kelainan-kelainannya yaitu :
Ø Distosia
karena kelainan tenaga
Ø Distosia
karena kelaianan Janin (Passenger).
Ø Distosia
karena kelainan Jalan Lahir (Passage)
Jenis-jenis Distosia yaitu :
1.
Distosia karena kelainan tenaga (Power)
Ø
Inersia uteri
Ø
Incoordinate uterine action
2. Distosia karena kelainan letak dan
bentuk janin (Passanger)
a) kelainan
letak,presentasi atau posisi
o
Presentasi belakang kepala oksiput
posterior menetap
o
Presentasi belakang kepala oksiput
melintang
o
Presentasi puncak kepala
o
Presentasi dahi
o
Presentasi muka
o
Presentasi rangkap
o
Letak sungsang
o
Letak lintang
o
Presentasi ganda
o
Kehamilan ganda
o
b) kelainan bentuk janin
o
Pertumbuhan janin berlebih
o
Hidrosefalus dan anensefalus
o
Tali pusat terkemuka atau menumbung
3. Distosia
karena kelainan tulang panggul (Passage)
o
Kelainan bentuk panggul : panggul jenis
Naegele, rakhitis, skoliosis, kifosis robert, dll.
o
Kelainan ukuran panggul.
Perbedaan partus primigravida dan
partus multipara
Pada primi gravida ostium uteri internum membuka terlebih
dahulu sehingga serviks mendatar dan menipis. Baru kemudian
ostium uteri eksternum membuka, sedangkan pada multi gravida ostiu uteri
internum sudah sedikit terbuka sehingga pembukaan ostium uteri internum dan
eksternum serta penipisan dan pembukaan serviks terjadi ada saat yang sama.
Oleh sebab itu, pada multigravida persalinan akan berlangsung lebih cepat
dibandingkan dengan primi gravid.
pemeriksaan dan pemantauan persalinan
Anamnesis
yang perlu dilakukan adalah :
Ø Riwayat
pernikahan sudah berapa lama.
Ø Riwayat
kehamilan yang menyangkut GPA (Gravida, Partus dan Abortus).
Ø Riwayat
penyakit ibu dan keluarga, misalnya ibu menderita Diabetes Mellitus atau
penyakit lainnya.
Ø Riwayat
persalinan, apakah mengalami kesulitan persalinan yang lalu atau normal saja
(pervaginam).
Pemeriksaan
yang diperlukan dalam persalinan adalah :
1.
Pemeriksaan
Leopold yakni pemeriksaan untuk menentukan Tinggi Fundus Uteri dan bagian
teratas janin (Leopold 1), menentukan letak punggung janin (Leopold 2),
menentukan bagian terendah janin (Leopold 3), dan untuk menentukan seberapa
jauh kepala janin telah memasuki Pintu Atas Panggul/PAP (Leopold 4).
2.
Pemeriksaan
perlimaan, yakni pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan seberapa jauh
bagian terendah janin masuk Pintu Atas Panggul (PAP).
Ø 5/5 jika seluruh kepala janin dapat diaraba
dengan kelima jari di atas symphisis pubis dan dapat digerakkan.
Ø 4/5 jika hanya sebagian kecil dari kepala janin
masuk PAP
Ø 3/5 jika hanya 3 dari 5 jari yang dapat meraba
seluruh kepala janin
Ø 2/5 jika hanya 2 dari 5 jari yang dapat meraba
kepala janin di atas sympisis pubis.
Ø 1/5 jika hanya 1 jari yang dapat meraba kepala
janin.
Ø 0/5 jika kepala sudah tidak dapat diraba lagi
yang berarti seluruh bagian terendah bayi (kepala) sudah masuk dasar panggul
(Hodge IV)
3. Pemeriksaan
Hodge yakni pemeriksaan dalam untuk menentukan sejauh mana turunnya bagian
terendah janin. Hodge adalah suatu bagian panggul yang berada pada rongga
panggul yang sifatnya antara satu dengan yang lainnya sejajar, ditentukan pada
pinggir atas symphisis.
Ø Hodge
I :
Bidang yang dibentuk pada PAP dengan bagian atas sympisis dengan
promontorium.
Ø Hodge
II : Bidang ini sejajar dengan Hodge I
terletak setinggi bagian bawah sympisis.
Ø Hodge
III : Bidang ini sejajar dengan
bidang-bidang hodge I dan II terletak setinggi spina ischiadika kiri dan kanan.
Ø Hodge
IV :
Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang hodge I, II, dan III setinggi os
coxygis.
Untuk memantau kemajuan persalinan
seorang ibu, dapat digunakan suatu alat pencatatan informasi yang didasarkan
pada observasi atau riwayat serta pemeriksaan fisik ibu selama proses
persalinan yang dinamakan partograf. Pada
alat ini dipantau kondisis ibu pada saat persalinan, kemajuan his/kontraksi,
serta kondisi janin yang akan dilahirkan. Dengan alat ini dapat diketahui
apakah persalinan dapat dilangsungkan secara normal (pervaginam) ataukah harus
melalui proses abnormal misalnya operasi sesar.
Pengaruh persalinan macet terhadap ibu dan janin
Bahaya pada ibu adalah :
Ø Partus
lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil dapat
menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi intrapartum.
Ø Dengan
his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat timbul
regangan segmen bawah uterus dan pembentukn lingkaran retraksi patologik atau
dikenal sebagai ruptur uteri mengancam.
Ø Dengan
persalinan tidak maju karena CPD, jalan lahir pada suatu tempat mengalami
tekanan yang sama antara kepala janin dan tulang panggul. Hal tersebut
menimbulka gangguan sirkulasi sehingga terjadi iskemia dan nekrosis pada tempat
tersebut. Beberapa hari post partum akan terjadi fistula vesikoservikalis atau
fistula vesikovaginalis atau fistula rektovaginalis.
Bahaya pada janin adalah :
Ø Partus
lama dapat meningkatkan kematian perinatal apalagi jika ditambah dengan infeksi
intrapartum.
Ø Prolapsusu
funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat besar bagi janin dan
memerlukan kelahirannya dengansegeramungkin apabila ia masih hidup.
Ø Dengan
adanya CPD, kepala janin dapat meleati rintangan pada panggul dengan mengadakan
moulage. Moulage dapat dialami oleh kepala janin tanpa akibat yang jelek smpai
batas-batas tertentu. Akan tetapi, apabila batas-batas tersebut dilampaui,
terjadi sobekan pada tentorium serebellidan perdarahan intrakranial.
Ø Selanjutnya
tekanan oleh promontorium atau oleh simfisis pada panggul picak menyebabkan
perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin, atau bahkan terjadi
fraktur pada os parietalis.
Penanganan distosia
POWER
Inersi primer à oksitosin
Inersi sekunder
à vakum atau
forsep, atau seksio sesarea
PASSAGE
Partus
percobaan
Seksio sesarea
Simfisiotomia
Kraniotomi
Embriotomi
PASSANGERà bila tidak terjadi kelahiran spontan
Ø Posisi
oksipitalis posterior persistensà Ekstraksi cunam
Ø Presentasi
mukaàSS,
perasat Thorn
Ø Presentasi
dahià perasat
Thorn, SS
Ø Letak
sungsangàversi luar
Ø Letak lintangàversi luar, seksio sesarea, versi ekstraksi
Ø Presentasi
gandaà per vaginum, SS
Ø CPDàSS, episiotomi mediolateral, embriotomi
Skenario : persalinan macet
Wanita primigravida, 26 tahun, masuk rumah sakit dengan
keluhan sakit perut tembus kebelakang disertai pelepasan lender dan darah. Pada
pemeriksaan didapatkan tanda vital dalam batas normal, denyut jantung janin 120
kali/menit, kontraksi rahim 3 kali dalam 10 menit dengan durasi 30 detik.
Pemeriksaan dalam ditemukan pembukaan serviks 4 cm, ketuban utuh, penurunan
sesuai Hodge I. Pemeriksaan 4 jam berikutnya , diperoleh tanda vital batas
normal, denyut jantung janin 140 kali/menit, pembukaan 5 cm dengan penurunan
sesuai Hodge I.
KLARIFIKASI KATA SULIT
Persalinan macet à Distosia
Primigravida: Wanita yang
hamil anak pertama
Kontraksi Persalinan: adalah proses
pergerakan otot polos uterus
Hodge I :
Pemeriksaan Hodge à
pemeriksaan dalam untuk menentukan sejauh mana turunnya bagian terendah janin.
Hodge adalah suatu bagian panggul yang berada pada rongga panggul yang sifatnya
antara satu dengan yang lainnya sejajar, ditentukan pada pinggir atas
symphisis.
Hodge I à Bidang yang dibentuk pada PAP dengan bagian
atas sympisis dengan promontorium.
Pembukaan serviks : terbukanya jalan lahir (serviks)
KUNCI
Ø Wanita 26 tahun, Primigravida
Ø Sakit perut tembus kebelakang
disertai pelepasan lendir dan darah
Ø Tanda vital normal
Ø DJJ 120 kali/menit (normal)
Ø Kontraksi rahim
3 kali dalam 10 menit dengan durasi 30 detik
Ø Pembukaan
serviks 4 cm ketuban utuh, penurunan sesuai Hodge I
Ø 4 jam berikut :
TV normal, DJJ 140 kali/normal, pembukaan 5 cm, penurunan sesuai Hodge I
DISTOSIA KARENA KELAINAN JANIN
1. DISTOSIA AKIBAT KELAINAN LETAK, PRESENTASI ATAU POSISI
A. Posisi
Belakang kepala Oksiput Posterior Menetap
Definisi
Posisi belakang kepala oksiput posterior menetap adalah
ubun-ubun kecil menetap di belakang karena tidak ke depan ketika mencapai dasar
panggul. Kepala janin akan lahir dengan keadaan muka di bawah simfisis pubis.
Etiologi
Panggul antropoid dan android, lembeknya otot dasar
panggul pada multipara, atau kepala janin yang kecil dan bulat sehingga tidak
ada paksaan pada belakang kepala untuk memutar ke depan.
Penatalaksanaan
Lakukan
pengawasan persalinan dengan seksama dengan harapan terjadinya persalinan
spontan. Bila kala II terlalu lama atau ada tanda gawat janin, lakukan tindakan
mempercepat persalinan. Lakukan ekstraksi cunam, sebelumnya usahakan ubun-ubun
kecil di depan dengan cara memutar kepala dengan tangan atau cunam.
Prognosis
Kematian
perinatal lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan ubun-ubun kecil di depan.
B.Presentasi
Puncak Kepala
Definisi
Presentasi puncak kepala atau presentasi sinsiput
(ubun-ubun besar) adalah kelainan akibat defleksi ringan kepala janin ketika
memasuki ruang panggul sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah. Pada
presentasi puncak kepala tidak terjadi fleksi kepala maksimal sehingga bagian
kepala yang melalui jalan lahir adalah sirkumferensia frontooksipitalis dengan
glabela di bawah simfisis sebagai hipomoklion.
Penatalaksanaan
Pasien dapat
melahirkan spontan pervaginam.
C. Presentasi
Muka
Definisi
Presentasi muka adalah kepala dalam kedudukan defleksi
maksimal sehingga oksiput tertekan dalam punggung dan muka merupakan bagian
terendah. Kalau dagu di bagian belakang dan tidak dapat memutar kedepan waktu
posisi paksi dalam disebut posisi mentoposterior persisten dan janin tidak
dapat lahir spontan.
Etiologi
Keadaan yang memaksa defleksi kepala seperti panggul
sempit, tumor di leher bagian depan atau keadaan yang menghalangi terjadinya
fleksi kepala, seperti janin besar, anensefalus, dan kematian janin
intrauterin.
Faktor predisposisi
Multipara,
perut gantung.
Diagnosis
Ø Pemeriksaan
luar : dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan
letak dada, teraba bagian-bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar
lebih jelas pada dada.
Ø Pemeriksaan
dalam : teraba dagu, mulut, hidung, dan pinggir orbita bila muka sudah masuk ke
dalam rongga panggul.
Penatalaksanaan
Tentukan ada/tidak diproporsi sefalopelvic. Bila tidak
ada dan dagu berada di depan, diharapkan terjadi persalinan spontan. Rujuk
pasien ke rumah sakit bila ada disproporsi sefalopelvik ataudagu berada di
belakang. Bila dagu berada di belakang, berikan kesempatan pada dagu untuk
memutar ke depan. Pada posisi mentoposterior persisten, usahakan untuk memutar
dagu ke depan dengan satu tangan yang dimasukkan ke dalam vagina. Presentasi
muka diubah menjadi presentasi belakang kepala bila dagu berada di belakang
atau kepala belum turun ke dalam rongga panggul dan masih mudah di dorong ke
atas, dengan cara memasukkan tangan penolong ke dalam vagina kemudian menekan
muka pada daerah mulut dan dagu ke atas. Bila tidak berhasil, dapat dicoba
perasat Thorn, yaitu satu tangan penolong dimasukkan ke dalam vagina untuk
memegang bagian belakang kepala janin, kemudian menariknya ke bawah. Tangan
yang lain berusaha meniadakan ekstensi tubuh janin dengan menekan dada dari
luar. Pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam diindikasikan untuk
ekstraksi cunam. Bila tidak berhasil atau didapatkan disproporsi sefalopelvik,
lakukan seksio sesarea.
Prognosis Pada umumnya
persalinan berlangsung tanpa kesulitan. Kesulitan persalinan dapat terjadi
karena adanya disproporsi sefalopelvik. Angka kematian perinatal pada
presentasi muka ialah 2,5-5%.
D. Presentasi
Dahi
Definisi
Presentasi dahi adalah kedudukan kepala di antara fleksi
maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian terendah. Pada
umumnya presentasi dahi merupakan kedudukan sementara dan sebagian besar akan
berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala.
Etiologi
Keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala, seperti
panggul sempit, tumor di leher bagian depan atau keadaan yang menghalangi
terjadinya fleksi kepala, seperti janin besar, anensefalus, dan kematian janin
intrauterin.
Diagnosis
Ø Pemeriksaan
luar : dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan
letak dada, teraba bagian-bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar
lebih jelas pada dada.
Ø Pemeriksaan
dalam : teraba sutura frontalis, yang diikuti, teraba ubun-ubun besar pada
ujung yang satu dan pangkal hidung dan lingkaran orbita pada ujung yang lain.
Penatalaksanaan
Pada
janin kecil dan panggul luas, penanganan sama dengan presentasi muka. Pada
presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak dapat dilakukan persalinan
spontan pervaginam sehingga harus dilaakukan seksio sesaria. Maka, pasien
dirujuk ke rumah sakit. Bila persalinan maju atau ada harapan presentasi dahi
dapat berubah menjad presentasi belakang kepala atau muka, tidak perlu
dilakukan tindakan. Bila pada akhir kala I pintu atas panggul belum memasuki
pintu atas panggul, presentasi dapat diubah dengan perasat Thorn. Bila tidak
berhasil, lakukan seksio sesaria. Bila kala II tidak mengalami kemajuan,
meskipunkepala sudah masuk rongga panggul, lakukan pula seksio sesaria.
E. Letak
Sungsang
Definisi
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri. Pada letak
sungsang berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama makin besar,
dimulai dari lahirnya bokong, bahu, kemudian kepala.
Etiologi
Multiparitas, prematuritas, kehamilan ganda, hidramnion,
hidrosefalus, anensefalus, plasenta previa, panggul sempit, kelainan uterus dan
kelainan bentuk utrus, implantasi plasenta di kornu fundus uteri.
Diagnosis
Ø Anamnesis :
kehamilan terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian
bawah.
Ø Pemeriksaan
luar : di bagian bawah uterus tidak teraba kepala, balotemen negatif, teraba
kepala di fundus uteri, denyut jantung ditemukan setinggi atau sedikit lebih
tinggi dari umbilikus.
Ø Pemeriksaan
dalam : setelah kedua ketuban pecah, teraba sakrum, tuberositas iskii, dan
anus. Bila teraba bagian kecil bedakan apakah kaki atau tangan.
Penatalaksanaan
Lakukan versi luar pada kehamilan 34-38 minggu bila
syarat versi luar terpenuhi. Bila pada persalinan masih letak sungsang,
singkirkan indikasi untuk seksio sesaria. Lahirkan janin dengan perasat Bracht.
. Bila kepala dan bahu tidak dapat dilahirkan dengan perasat Bracht, lakukan
manual aid atau dibantu cunam.
Prognosis
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih
tinggi dibandingkan letak kepala, menurut Easman sebesar 12-14%.
F. Letak
Lintang
Definisi
Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin
kira-kira tegak lurus dengan sumbu memanjang tubuh ibu. Bila sumbu memanjang
tersebut membentuk sumbu lancip, disebut letak lintang oblik, yang biasanya
sementara karena akan berubah menjadi posisi longitudinal pada persalinan. Pada
persalinan, bahu berada diatas pintu atas panggul. Kepala berada disalah satu
fossa iliaka dan bokong apada fossa iliaka yang lain. Pada keadaan ini janin
biasa berada pada presentasi bahu/akromion. Punggung janin dapat berada di
depan (dorsoanterior), belakang (dorsoposterior), atas (dorsosuperior), atau
bawah (dorsoinferior). Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, bahu akan
masuk ke dalam panggul sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan
bagian-bagian tubuh lainnya. Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit
dalam rongga panggul. Bila janin kecil, sudah mati, dan menjadi lembek,
kadang-kadang persalinan dapat berlangsung spontan. Janin lahir dalam keadan
terlipat melalui jalan lahir (konduplikasio korpore) atau lahir dengan evolusio
spontanea menurut cara Dwnman atau Douglas.
Etiologi
Relaksasi berlebih dinding abdomen akibat multiparitas,
uterus abnormal (uterus arkuatus atau subseptus), panggul sempit, tumor daerah
panggul, pendulum dari dinding abdomen. Plasenta previa, insersi plasenta di
fundus, bayi prematur, hidramnion, kehamilan ganda.
Diagnosis
Ø Pemeriksaan
luar : uterus lebih melebar dan fundus uteri lebih lebih rendah, tidak sesuai dengan umur
kehamilan. Fundus utri kosong, kepala janin berada di samping. Di atas sisfisis
juga kosong, kecuali bila bahu sudah turun ke dalam panggul. Denyut jantung
ditemukan di sekitar umbilikus.
Ø Pemeriksaan
dalam : teraba bahu dan tulang-tulang iga/ketiak/punggung (teraba skapula dan
ruas tulang belakang)/ dada (teraba klavikula). Kadang-kadang teraba talipusat
yang menumbung.
Komplikasi
Cedera tali pusat, timbul sepsis setelah ketuban pecah
dan lengan menumbung melalui vagina, kematian janin, ruptur utri.
Penatalaksanaan
Lakukan versi luarbila syarat versi luar terpenuhi. Ibu diharuskan masuk rumah
sakit lebih dini pada permulaan persalinan. Pada permulaan persalinan masih
dapat diusahakan untuk melakukan versi luar asalkan pembukaan masih kurang dari
4 cm dan ketuban belum pecah. Pada primigravida, bila versi luar tidak
berhasil, segera lakukan seksio sesaria. Pada multigravida, bila riwayat
obstetri baik, tidak ada kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar,
dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks lengkap, kemudian dilakukan
versi ekstraksi. Pada letak lintang kasep, bila janin masih hidup, segera
lakukan seksio sesaria. Bila janin sudah mati, lahirkan pervaginam dengan
dekaptasi.
Prognosis
Bila terjadi ruptur uteri spontan
atau ruptur traumatik akibat versi dan ekstraksi yang buruk/terlambat, dapat
terjadi kematian. Bila diagnosis berhasil ditegakkan secara dini dan penanganannya
tepat, prognosis baik.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking